Jerman mempertimbangkan undang-undang yang melarang kewarganegaraan bagi orang-orang antisemitik
Pejabat mengatakan mereka telah mencatat peningkatan insiden antisemitisme di Jerman dalam beberapa minggu terakhir di tengah konflik Israel-Hamas
Menteri Dalam Negeri Jerman, Nancy Faeser, mengatakan pada Rabu bahwa undang-undang yang sedang dipertimbangkan oleh parlemen negara bagian UE akan melarang orang yang ditemukan terlibat dalam tindakan antisemitisme mendapatkan kewarganegaraan.
“Draf undang-undang kewarganegaraan baru kami, yang sekarang akan kami bahas di Bundestag, memberikan pengecualian jelas bagi antisemit,” kata Faeser pada Rabu menyusul pertemuan dengan Duta Besar Israel untuk Jerman, Ron Prosor.
Faeser menambahkan bahwa otoritas tetap “sangat waspada” terhadap ancaman potensial yang ditimbulkan oleh pendukung kelompok militan Palestina Hamas di Jerman dan bahwa setiap orang yang ditemukan melanggar regulasi semacam itu akan “dituntut dengan seluruh kekuatan hukum.”
Komentar Faeser mengikuti pernyataannya pada Jumat di mana dia menyerukan pendukung Hamas untuk dideportasi dari Jerman. “Jika kami mampu mendeportasi pendukung Hamas, kami harus melakukannya,” kata Faeser setelah berdiskusi dengan pejabat di Kantor Polisi Kriminal Federal Jerman di Wiesbaden.
“Otoritas keamanan kami saat ini telah menaruh fokus yang lebih kuat pada lingkungan Islamis,” tambahnya, juga mengacu pada insiden terbaru di Brussels di mana dua warga Swedia ditembak mati dan satu lainnya terluka oleh ekstremis Tunisia yang diduga.
Faeser juga menyerukan warga Jerman untuk waspada dalam melaporkan kepada otoritas tentang “propaganda” pro-Hamas. Minggu lalu, petugas di negara itu menggeledah rumah seorang pria Jerman berusia 38 tahun yang diduga memposting dukungan untuk serangan Hamas pada 7 Oktober di Israel di media sosial.
Kekhawatiran semakin meningkat di Jerman atas lonjakan insiden antisemitisme yang diduga, termasuk upaya serangan bom bensin di sebuah sinagoge di ibu kotanya, Berlin. Demonstran pro-Palestina juga terlibat dalam bentrokan dengan polisi di Berlin dan kota-kota lain.
Minggu lalu, Faeser memberitahu reporter bahwa “angka sementara” dari otoritas Jerman menunjukkan lebih dari 1.100 pelanggaran telah tercatat di negara itu sehubungan dengan serangan Hamas. Ini termasuk “luka-luka, pelanggaran perdamaian, penghasutan kebencian, dan kerusakan properti,” tambah pejabat polisi Juergen Peter.
Namun, beberapa anggota populasi Palestina Jerman mengklaim bahwa undang-undang yang melarang demonstrasi berfungsi untuk menutup suara apa yang sudah menjadi komunitas minoritas.