Apakah Saham Walt Disney Bisa Pulih Setelah Penurunan Sebesar 32%?

Walt Disney (NYSE:DIS) saat ini berada dalam situasi yang menantang pada tahun 2023, meskipun kembalinya CEO Bob Iger pada akhir tahun lalu, ditugaskan untuk menavigasi lanskap ekonomi yang tidak menentu. Pemulihan yang dimaksudkan terbukti sangat lambat bagi investor, dengan DIS mengalami penurunan sebesar 32% dari level tertinggi awal tahun 2023 dan saat ini turun 7,7% secara year-to-date. Kinerja ini jauh tertinggal dari Indeks S&P 500 secara keseluruhan ($SPX), yang masih memberikan kenaikan sebesar 8,2% untuk tahun ini.
Dengan melihat perspektif jangka panjang, saham Disney telah merosot sebesar 60% dari level tertinggi sepanjang masa pada tahun 2021, mengakibatkan kapitalisasi pasar sebesar $147,46 miliar. Penurunan tersebut telah meninggalkan saham Disney diperdagangkan mendekati level terendah sembilan tahun, menimbulkan pertanyaan tentang kemampuan perusahaan untuk pulih atau apakah DIS akan terus mengalami tren penurunan.
Model Bisnis Modern Disney
Disney menonjol sebagai salah satu merek paling dikenal di dunia, diperkuat oleh keunggulan bersaing yang kuat. Kemampuan berceritanya telah memungkinkan perusahaan untuk memperluas ke berbagai bisnis, seperti taman hiburan, dan memanfaatkan koleksi konten yang luas serta portofolio film yang semakin bertambah untuk memasuki pasar streaming online yang kompetitif. Disney bersaing dengan raksasa industri seperti Netflix (NFLX) dan Amazon (NASDAQ: AMZN) Prime Video, dengan menghubungkan konsumen di berbagai generasi dengan cara yang unik.
Bisnis taman hiburan Disney tetap tangguh dan berkontribusi secara signifikan terhadap pertumbuhan pendapatan. CEO Bob Iger menekankan bahwa Disney World terus menunjukkan kinerja yang luar biasa, melampaui tingkat pendapatan dan laba usaha sebelum COVID-19 masing-masing sebesar 21% dan 29% dibandingkan dengan tahun fiskal 2019.
Basis pelanggan setia dan sangat terlibat Disney juga telah memungkinkan perusahaan untuk menaikkan harga langganan segmen streaming. Meskipun kerugian dalam bisnis streaming telah mempengaruhi sentimen investor, Disney memperkirakan keuntungan akan kembali dicapai pada tahun fiskal 2024.
Tantangan Di Balik Saham
Penurunan Seperti banyak perusahaan lainnya, Disney menghadapi tantangan terkait meningkatnya biaya dalam lingkungan inflasi. Pada sembilan bulan pertama tahun fiskal 2023, Disney melaporkan penurunan tahunan sebesar 9% pada laba per saham yang disesuaikan, dipengaruhi oleh penurunan belanja iklan perusahaan dan kerugian bisnis streaming.
Strategi Disney untuk tahun fiskal 2024 mencakup mengurangi biaya hampir sebesar $6 miliar. Analis memproyeksikan kenaikan penjualan tahunan sebesar 5,2% menjadi $88,27 miliar pada tahun fiskal 2024, dengan laba yang disesuaikan diperkirakan melonjak hampir 30%.
Dalam perkembangan terbaru, Disney telah menekankan niatnya untuk melepas aset non-inti untuk meningkatkan likuiditas dan berinvestasi dalam proyek-proyek pertumbuhan. Dilaporkan sedang berlangsung kesepakatan untuk menjual kepemilikan mayoritas bisnisnya di India kepada Reliance Industries senilai $10 miliar. Disney India memiliki 40,4 juta pelanggan pada akhir kuartal II, tetapi rata-rata pendapatan per pelanggan (ARPU) di India jauh lebih rendah yaitu $0,59, berbanding terbalik dengan rata-rata global sebesar $6,58.
Ekspektasi Wall Street untuk Saham Disney
Saham Disney saat ini diperdagangkan dengan rasio penjualan ke depan sebesar 1,7 kali dan rasio laba ke depan sebesar 18 kali, valuasi yang wajar mengingat laba diperkirakan tumbuh rata-rata 24% setiap tahun antara tahun fiskal 2024 hingga 2028.
Dari 26 analis yang mengikuti saham Disney, 17 merekomendasikan “beli kuat”, dua menyarankan “beli sedang”, enam mendukung “hold”, dan satu merekomendasikan “jual kuat”. Target harga rata-rata saham Disney berada di $108,57, kenaikan sebesar 35% dari harga perdagangan saat ini, yang mewakili wilayah DIS belum tercapai sejak pertengahan Februari.